BENGKULU | PURNAMA MERAH DI BUMI RAFFLESIA

GOOGLE IMAGES


"Di balik awan nan hitam dia mencoba mengintip akan indahnya pesona alam. 
Langit membentang luas namun terhalang akan pegunungan yang gundul.
namun semua berubah saat mata ini menatap gemulainya daun kelapa seakan risih melihat ketenangan jiwa ku."

Bait demi bait yang terpapar di atas mungkin terasa lebay untuk kalangan anak muda zaman sekarang, di mana bait bait itu sebelumnya pernah kita jumpai di karangan Khairil Anwar angkatan 45. Puisi yang indah namun penuh arti yang sangat dalam, tertuangkan nuansa politik dengan sindiran halus.

Akan tetapi, Sekarang sindiran - sindiran itu sangat peka terhadap kita bahkan dengan lantang mereka ungkapkan rasa dan perasaan yang terkadang tidak bisa di terima oleh akal pikiran kita, seperti Korupsi yang bila mana mau di sidang berubah dalih dengan alasan sakit. Ternyata kata sakit itu bisa meluluhkan mereka para penyidik.

Jika di pikirkan, saat mereka korupsi apakah mereka sakit.? memakan uang rakyat, dana Bantuan Sosial (BANSOS), dana Haji, pajak dan masih banyak lagi yang belum terungkap. Ironisnya, lagi - lagi mereka juga yang sedang beruntung dan masyarakat tetap buntung.

Bengkulu, Kota yang semarak, kota yang indah seakan - akan hilang bersama tenggelamnya mentari. di mana yang kaya menjadi kaya, yang miskin pun ikut andil untuk sikut kiri sikut kanan tendang bawah jilat atas. dan yang melarat pun menghalalkan segala cara, dari ganja, heroin bahkan perampokan di jajal semua demi uang dan uang.

Mereka sangat bagga bersama harta yang indah bukan. seakan jiwa sosilnya pun ikut hilang bersama datangnya malam. namun itu tidak menyulutkan hati ku untuk menulis prakata ini walau bulan purnama merah di bumi rafflesia.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar