KOPIAH HITAM DI BILIK KAMAR (Part.2)


KOPIAH  HITAM
 DI  BILIK  KAMAR

Seiring waktu, persidangan pun berlangsung, dimana Baron di fonis hukuman penjara dan denda dua juta, begitu juga halnya dengan teman - temannya. Lain dengan Albert, dia di bebaskan tanpa bersyarat.
Sementara Ainun merasa terpukul atas nasib yang menimpa pada dirinya, hari - harinya penuh dengan lamunan, belum lagi curat murat dari warga yang membuat dia tidak sanggup akan semua itu.
Samapi akhirnya pak ustad mengadopsi Vinna dari panti, agar dia bisa dan berkenan tinggal di rumah Ainun untuk merawat Ainun dan ibunya yang mulai sakit - sakitan.

Setelah fonis hakim di jatuhkan dan merasa tidak bersalah, Albert mengasingkan diri ke Kota Curup atas permintaan orang tuanya. Namun, setelah Albert menerima kabar akan kondisi Ainun, dia memutuskan untuk kembali lagi ke Kota Bengkulu.

Niat Albert menolong Ainun berujung sia -sia, di mana bertentangan dengan orang tuanya, niatnya itu pun di tolak mentah - mentah oleh pihak pak ustad selaku uwak Baron.
''Bagai mana pun juga, Ainun masih istri sahnya Baron, walau Baron berada di balik jeruji, namun Ainun tanggung jawab kami juga.'' begitu ungkapan pak ustad kepada Albert.

(Baca Juga Kisahnya Di Facebook)

Kopiah Hitam Di Bilik Kamar_Melihat kondisi sang bunda yang tidak memungkinkan itu, akhirnya Vinna memberi tahu kepada pak ustad, selain menceritakan kelakuan Ainun yang belakangan ini suka marah - marah, dia juga memberi tahu akan perkembangan kondisi ibunya Ainun.
Menerima informasi dari Vinna itu, akhirnya pak ustad dan istri bergegas kerumah Ainun, begitupun warga yang melihat gelogat yang aneh itu. Sayang memang, saat pak ustad sibuk mencari kendaraan untuk membawa bunda Ainun kerumah sakit. namun tuhan berkehendak lain, bunda Ainun meninggal di saat kondisi Ainun tidak bisa di kendalikan.

Pagi yang cerah, sinar matahari jelas terasa di balik lambayan daun kelapa, warna biru langit begitu menggoda panorama alam, hingga burung - burung pun bersautan, begitu pun pada halaman rumah Ainun, Warna bunga yang beragam mampu memikat beberapa kupu - kupu dan kumbang untuk datang, Pemandangan ini tersentak pada diri Ainun yang kala itu sedang duduk termenung di beranda rumah. Kursi yang reot itu sepertinya masih akrab untuk menemani Ainun.

Melihat indahnya taman ini, Ainun beranjak dari tempat duduknya seraya mendekati bunga kantung semar yang saat itu sedang di kerumuni kumbang. Saat Ainun duduk jongkok sambil memperhatikan aktifitas kumbang itu, dia teringat akan di mana saat Baron berdiri di depannya, dia teringat semuanya, hingga air matanya menetes dan menangis. Kemudian ia berlari masuk kedalam, melihat tingkah Ainun yang aneh itu, Vinna mencoba untuk mencari tahu. Berkali - kali pintu kamar itu di ketuk namun tidak ada jawaban dari Ainun, Rasa cemas itu kian menjadi pada diri Vinna, di mana suara tangisan yang menjadi - jadi bahkan diiringi teriakan yang keras membuat Vinna ingin mendobrak itu pinti, takut terjadi apa - apa pada Ainun.

Tapi saat pintu hendak di dobrak, Ainun membuka pintu..
''Mbak ainun tidak apa - apa kan, apa yang terjadi pada embak,'' tanya Vinna keheranan.
''saya tidak apa - apa.'' jawab Ainun singkat.
Namun akhirnya, mereka bercakap di pojok kamar pada landasan dipan yang sudah usang.
''kamu siapa. kenapa ada di sini?'' tanya Ainun,
''Saya Vinna mbak, saya dari panti di adobsi oleh pak ustad, dia meminta saya untuk tinggal di sini untu merawat mbak, begitu juga bunda mbak.'' jawab Vinna.
''saya tidak apa - apa, memang saya kenapa, iya, ibu saya mana?'' tanya Ainun sambil melihat - lihat sekeliling ruangan.
Vinna malah jadi Bengong. bingung tidak tau harus berbuat apa... Sampai akhirnya di minta pamit sebentar untuk kerumah pak ustad.

Rumah pak ustad memang tidak begitu jauh, dengan semangat dan jiwa muda. hanya hitungan menit saja, Vinna dan pak ustad tiba di rumah Ainun, namun pemandangan yang sangat jarang di lihat saat itu, Ainun sedang sholat sunat duha, dengan mengenakan mukena yang mulai usang, air mata menetes. melihat itu pak ustad juga ikut menangis, sementara istrinya memeluk erat Ainun. sementara Vina bingung bercampur sedih.

BERSAMBUNG
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar