Bengkulu, Sayap Putih | Yang benar bila kita berada dan tahu akan kondisi, melihat secara langsung, menelaah sebelum berkomentar, dan tidak merasa malu bila kita memang ada yang kurang.
Miris memang, saat pemberitaan mengumandangkan akan keluarga Pak Haris yang sangat-sangat memprihatinkan, dimana media online kupasbengkulu.com memberitakan akan keseharian itu keluarga mengatakan mereka hanya makan dedaunan, seperti daun kangkung atau daun singkong yang hanya direbus. dimakan tanpa nasi.
kediaman rumah Pak Haris yang tak layak dihuni
Berita itu benar adanya, dan dengan adanya berita itu, semua bergerak, seperti wakil bupati, dinas sosial bahkan wartawan lokal lainnya ikut mengambil momen itu. Sangat disayangkan, kepala desa setempat tidak mengetahui akan hal itu, dan isu yang saya dengar bahwa pihak kecamatan merasa malau bahwa masih ada warganya yang hidup miskin.
Dimulainya pemberitaan ini, dimana pihak media lokal mengatakan keluarga Pak Haris itu tergolong orang senang, rumah besar, sawah luas. sekali lagi saya katakan itu tidak benar.
Tapi saya sedikit lega, Dimana bantuan kebutuhan pokok sudah mulai mengalir, dan contoh seperti ini masih banyak di daerah dimana itu wilayah memiliki emas hitam yang luas.
Sedikit saya ceritakan. Pak Haris memiliki tiga orang anak dari istrinya, sebelum mereka tinggal di Desa Lubuk Sini Kecamatan Taba penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah Propinsi Bengkulu. Mereka berkebun di bukit sunur, setelah kebun mereka digusur oleh pihak pertambangan dan diganti rugi, Pak Haris membeli tanah di Desa Lubuk Sini dan sudah menetap hampir lima tahun. Sebagai pendatang, Pekerjaan Haris serabutan, hanya mengandalkan upah harian.
Bicara soal bantuan, keluarga ini tidak mendapatkan apa-apa, soal Raskin mereka akan diberitahui bila ada warga lain yang tidak mengambil atau menebus, barulah Pak Haris dapat, itupun ia tebus dengan uang dari berhutang. (dd)
0 komentar:
Posting Komentar