Profil Dodi Irianto

Profil Dodi Irianto

Dodi Merupakan anak ke5 dari delapan bersaudara. berikut kisah hidupnya dari lahir hingga usianya yang ke31 tahun.


                  foto: Dodi Irianto

Bismillah, Bengkulu | Jum'at 20 April 1984 lahirlah seorang anak yang diberi nama Dodi Irianto dari pasangan suami istri (pasutri) Romli dengan Nur'aini di Desa Lubuk sini Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Utara, namun karena pemekaran sekarang desa itu menjadi Kabupaten Bengkulu Tengah.

Dodi, begitu nama yang akrap disapa oleh teman-temannya, dan Dodi juga memiliki delapan saudara dimana tiga saudaranya satu bapak lain ibu yakni Saipul, Sarkawi, Jameludin. Saudara satu ibu lain bapak yaitu Bambang Irwanto, sementara satu ibu satu bapak tiga orang, diantaranya Meti Suryani, Susi Murni, Hendi Sueharto dan si Bungsu Lesi Yurni.

Masa kecilnya dodi, dia habiskan tinggal di hutan, karena orang tuanya memiliki kebun yang mana lokasi kebun itu diberi nama air kuro. Di sinilah Dodi kecil bermain dengan sendiri, tanpa ada anak kecil lainnya, ia menghabiskan waktunya bermain ayunan dan sekali-kali ikut orang tuanya merumput di tengah kebun. Panas dan hujan itu menjadi tradisi bahkan kicauan burung pun menjadi irama, dimana Dodi kecil akan tumbuh menjadi anak-anak yang akan duduk di bangku sekolah.

Selama Dodi kecil mengenyam pendidikan sekolah dasar dari kelas satu, Dodi kecil harus bolak balik dari SD ke kebun dengan menempuh jarak empat kilometer lebih, tak hayal bila hujan ia jarang sekali sekolah. Sampai akhirnya kedua orang tuanya memilih untuk tinggal dan menetap di desa, walau sekali-kali mereka harus kekebun, karena dari kebun itulah jalan masuknya uang yang bersumber makanan dan biaya hidup.

Bapaknya bekerja serabutan, dari tukang batu, penggali sumur sampai upah harian, sementara sang ibu dengan giat dan semangat berkebun dan ikut kelompok harian perkebunan, guna mempermudah pekerjaan di kebun, Dan Dodi Kecil pun menamatkan masa sekolah dasar tahun 1996 kemudian masuk sekolah tingkat pertama.

Semasa SMP, Dodi mulai kenal yang namanya hidup mandiri serta kerasnya hidup, sambil sekolah ia mulai belajar mencari penghasilan sendiri, mulai dari cuci mobil, jual sayuran bahkan menyadap karet. Tiga tahun sudah mengenyam pendidikan di smp, Dodi menamatkan sekolahnya di tahun 1999 saat Indonesia tengah terpuruk oleh krisis moneter. dan Dodi tidak bisa melanjutkan sekolah karena terkendala biaya, dia memilih kerja di rumah makan Usaha Baru milik Paman atau Pak ciknya.

Satu tahun Dodi menggeluti yang namanya bekerja di rumah makan, namun akhirnya ia memilih untuk melanjutkan sekolah kejenjang lebih atas yaitu sekolah menengah atas, Di sekolah itu, teman semasa smp kelas dua semua, ia baru duduk di kelas satu. Namun ilmu yang membuat ia hiraukan akan rasa malu.Dio tahun 2003 Dodi menamatkan sekolahnya dengan hasil yang lumayan bagus di saat LJK pertama kali di adakan.

Dengan berbekal ijaza SMA, Dodi mulai menjelajahi dunia pekerjaan, namun hasinya belum memadai, dan ia kembali bekerja di rumah makan yang di lokasi yang sama namun beda nama, dari Usaha Baru menjadi RM. Bukit Sunur, tentunya dengan pemilik yang berbeda pula. Di sini ia di bayar Rp 250.000;/bulan, dan sangat lumayan membantu mencukupi kehidupan dan membantu biaya belanja orang tua.

Namun itu tidak menyulutkan keinginannya untuk mencari pekerjaan di kota Bengkulu, yang mana sebelumnya ia masukan lamaran pekerjaan di setiap tambang yang ada di Bukit Sunur yang bergerak di bidang tambang batu bara walau hasilnya nol. Di Kota Bengkulu, ia ditawarkan bekerja di Buffet Triss yang melayani penjualan mie ayam, tapi sayang, ia bertahan hanya tiga bulan, karena masalah dengan rekan kerjanya.

Dengan skill yang ia punya, Dodi mencoba membuka usaha sendiri, yang di bantu dengan beberapa rekan, ia membuka usaha pangsit di Kabupaten Kepahiang, Tapi itu tidak berlangsung lama, karena sang ibu jatuh sakit dan pergi untuk selamanya menyusul sang bapak. Saat itu Dodi sangat merasa gelisah, dan ia sangat sadar, hidup itu kejam, hari-harinya penuh dengan keluh kesah.

Tawaran pekerjaan itu kembali datang, namun bekerja di caffe, bekerja sebagai watter dring, di sini Dodi tahu apa itu dunia malam,dan tahu berbagai jenis nama minuman beralkohol. Sampai akhirnya ia ditawari bekerja di kantin milik RM. Bukit Sunur, dan itu ia terima dan ia lakoni selama empat tahun, sampai akhirnya ia menerima tawaran untuk menjadi honorer di dinas BP4K, tepatnya di Kabupaten Rejang Lebong.

Selama ia menjadi honorer, ternyata tidak memberi kepuasan bagi Dodi, dia memilih untuk ikut orang ke pulau Bangka, di sana ia menjadi kuli pencari timah, lagi-lagi ia tersandung masalah dengan teman, dan ia memilih mengalah kemudian kembali lagi keKota Bengkulu dengan tangan kosong, yang ada hanya wajah dan kulit yang super kusam. Dari palembang ia menumpang bus Marlin, perjalanan hampir dua belas jam itu tidak membuat dia ngantuk.

Sepulang dari Bangka Belitung, Dodi kembali bekerja di RM. Bukit Sunur, tapi kali ini di percayakan untuk bagian penjualan bakso, di sini Dodi baru memulai dan baru mengenal yang namanya pertemanan, banyak teman-temanya yang datang walau itu hanya segelas cendol, hingga ia membuat tim yang di beri nama PPT (Para Pencari Tuhan), dengan bermodalkan gitar hampir setiap malam ia begadang, tak aneh, minuman pun selalu menjadi teman di kala malam tiba. Melihat itu, Pemilik rumah makan meminta Dodi untuk pindah ketambang guna untuk mengurus kantin, disini Dodi mulai dekat dengan kolega tambang untuk bisa dapat bekerja di tambang.

Mimpi boleh indah, harapan boleh megah, harapan untuk bekerja di tambang masih nihil. Tak ada yang bisa membantu memasukan ia untuk bekerja di pertambangan batu bara. Sampai tiba-tiba, orang yang ia tak kenal sama sekali menawarkan untuk bergabung di perusahaan yang namanya PT. BSM (Borneo Suktan Minning), Di sini Dodi merasa sangat bersyukur. tapi penuh pertanyaan.

Hampir empat tahun perusahaan itu berjalan, namun satu tahun belakangan ini, perusahaan itu fokum dan tidak melakukan aktifitas pertambangan, Di sini Dodi kembali lagi risau, tidak tahu memulai pekerjaan dari mana.
Dia pernah ikut marketing, namun hasilnya minim, namun ada tetangganya menawarkan pekerjaan untuk menjadi offies Boy di salah satu media Online di Kota ini. Awalnya ia tolak, karen ia masih terikat dengan perusahaan BSM, walau tanpa di gaji, tapi rasa tanggung jawab yang besar menjadibeban yang berat bagi seorang Dodi. Di sisi lain, ia juga butuh uang untuk kelangsungan hidup, belanja dan sebagainya. dan akhirnya Dodi terima tawaran menjadi OB di Media online itu dengan bayaran Rp750.000;/bulan yang sebelumnya di bayar Rp 500.000;/bulan

Sekarang masih menjadi pertanyaan dan penuh dengan pertanyaan.
Bertahan di media online yang harapan menjadi wartawan? atau tetap bekerja di PT.BSM yang sampai sekarang belum ada kepastian?
Akan tetapi Dodi yakin, Hidup tidak sampai di sini. dan hidup penuh perjuanagan dan tantangan. Bismillah selalu berdoa, mengharap yang terbaik. Sekarang Dodi berusia 31 tahun. Dodi yang dewasa. Dodi yang belum berkeluarga, karena belum menemukan pekerjaan yang menetap.

Terimakasih sudah menyimak dan membaca profil saya, semoga kita selalu diberi kesehatan serta perlindungan dari Tuhan YME............. Amin, amin Ya Rabbal'alamin.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar